Rabu, 22 September 2010

Pasar Apung di Banjarmasin

http://www.voucher-hotel.com/images/stories/tempat-wisata/pasar-apung.jpg


Banjarmasin, Ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, menyandang gelar “negeri seribu sungai”. Meskipun jumlah sungai-sungai yang ada di kota itu semakin berkurang, setidaknya sampai saat ini aktivitas di sungai-sungai yang melalui Kota Banjarmasin masih tetap ramai.

Di Sungai Martapura, sungai utama yang membelah kota, masih banyak klotok (perahu bermesin) yang lewat, dan air sungai yang membelah terkena alur lintasannya. Klotok-klotok itu selain mengangkut barang-barang dari dan ke pedalaman ada juga yang memang berfungsi sebagai angkutan umum yang murah meriah, yang bisa juga di sewa ke mana saja.

Disebelah barat Kota Banjarmasin, ada sebuah sungai besar yang menjadi urat nadi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, yaitu Sungai Barito. Di Sungai Kuin yang bermuara ke Sungai Barito, terdapat pasar yang aktivitasnya di sungai, yang terkenal dengan sebutan “pasar terapung”. Disini baik pembeli maupun penjual sama-sama menggunakan jukung (sampan tak bermesin) atau klotok.

Sebagaimana pasar pada umumnya, disana pasti ada orang yang berjualan makanan. Bedanya, karena warungnya di sungai, maka warung tersebut adalah klotok yang disulap menjadi warung terapung. Di sekitar pasar terapung Muara Sungai Kuin, ada dua buah warung terapung. Posisi kedua warung tersebut berdekatan, dan terletak di sebelah barat dermaga kuin. Warung terapung itu adanya cuma pagi hari, mengikuti jadwal pasar terapung. Jadi, bagi yang suka bangun siang, pasti tak akan kebagian. Orang Banjar menyindirnya dengan pepatah ; “Amun melandau dipatuk ayam” (jika bangun kesiangan, rezekinya dipatuk ayam).

http://ariajaya80.files.wordpress.com/2009/04/pasar_apung01.jpg?w=343&h=199

Meskipun berbentuk klotok, warung terapung tak ubahnya seperti warung yang lain. Ada meja makan, dapur, rak-rak piring dan tempat cuci tangan. Namun karena atapnya rendah dan tak ada kursi, maka semua harus duduk bersila. Jika kita ingin makan di warung itu, kita harus menghampiri warung itu dengan klotok atau jukung, dan menambatkannya pada warung itu agar tak hanyut selagi kita enak-enak makan. Pada sebuah warung terapung, bila ramai pengunjungnya bisa bertambat lebih dari empat buah klotok.

Hidangan di warung terapung itu tak ubahnya warung-warung didaerah banjar lainnya, yaitu Soto Banjar, Sop, Nasi Kuning, Nasi Rawan (Rawon manis ala Banjar), Karih (kare) dan wadai-wadai (jajanan khas banjar). Makanan favorit para pengunjung biasanya adalah Soto Banjar. Soto Banjar memiliki cita rasa yang khas, dengan kaldu ayam yang amat terasa, biasa dihidangkan dengan ketupat/lontong. Kuahnya gurih dan agak kental. Kekentalan kuah itu aslinya didapat dari tumbukan kentang rebus dicampur dengan kuning telur. Tapi sekarang banyak penjual soto banjar yang menggantinya dengan susu dan margarin. Rasa gurihnya kaldu ayam semakin terasa dengan daging ayam kampung dan telur yang diiris tipis-tipis dan ditaburkan diatas soto. “Kalau lain ayam kampung, kada gurih, pang !,” Kata penjualnya. Sebagai pelengkap ditambahkan perkedel kentang dan bawang putih goreng.

Soto Banjar, dihidangkan bersama limau kuit (jeruk limau yang kulitnya berkerut-kerut) yang diiris kecil, sambal dan kecap manis, yang juga selalu menyertai masakan khas banjar lainnya. Kehangatan soto ini sangat pas jika dimakan pagi hari. Khusus untuk sambal, bagi yang belum mengenal lombok perawit, bahan utama sambal, sebaiknya jangan mengobralnya dalam makanan. Kepedasan lombok tersebut melebihi lombok/cabe lainnya.


http://erwinsyahamir.files.wordpress.com/2010/04/pasar-apung.jpg

Porsi Soto Banjar biasanya dibuat tanggung, artinya bila satu piring terasa kurang. Maka tak heran bila para pengunjung menambah porsinya, atau mencicipi wadai yang sangat beraneka ragam. Wadai banjar cenderung manis dan legit, dengan bahan dasar kebanyakan tepung beras, santan dan gula merah. Contohnya hamparan tatak pisang, yang mirip dengan jajanan nogosari di Jawa. Atau bingka, yang berisi macam-macam bahan mulai dari kentang, waluh (labu), nyiur, telur. Bahkan sekarang ada juga yang berisi keju, durian dan lain-lain tergantung pesanan.

Jika ingin lebih banyak lagi menikmati wadai, di sekitar warung tersebut banyak jukung yang khusus berjualan wadai. Untuk mengambil wadai dari jukung wadai itu, disediakan galah yang diujungnya dipasang pengait. Sehingga pembeli dapat mengambil wadai di jukung wadai itu tanpa perlu merapat. Tapi awas, hati-hati mempergunakan galah pengaitnya yang terbuat dari besi runcing. Salah-salah bisa kena orang atau penjualnya.

Melihat pasar terapung dan transportasi sungai sambil makan di warung terapung memang memberikan nuansa lain, terutama bagi yang biasa beraktivitas di darat. Namun waspadalah, bagi yang tak biasa dengan goyangan kapal di air, tak jarang menyebabkan mabuk sungai. Karena posisinya yang berada di tengah sungai yang penuh aktivitas, maka air sungai akan selalu beriak, menyebabkan warung selalu bergoyang-goyang. Wah, kalau mabuk, habislah sudah kelezatan makanan-makanan tadi ditelan buih.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More